Sabtu, 17 Mei 2008

Ringkasan Tafsir Surah al-Baqorah ayat 26


إِنَّ اللَّهَ لاَيَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إلاَّ الْفَاسِقِينَ
Maksudnya :
Ayat 26 : Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasiq.
Penafsiran ayat 26 surah al-Baqarah.

Ayat 26 :

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan bahawa Dia tidak keberatan untuk membuat perumpaan dengan seekor nyamuk dan seumpamanya, sama ada kecil atau lebih kecil lagi. Justeru itu, kehebatan sebenarnya terletak pada satu perkara iaitu keupayaan dan kuasa mencipta. Perumpamaan hanyalah ditampilkan untuk menjelaskan suatu mesej dan pengertian melalui apa yang diketahui dan disaksikan. Sabda Nabi saw : “Sesungguhnya al-Quran itu turun dengan lima aspek, iaitu yang halal, yang haram, yang muhkam (yang mudah difahami), yang mutasyabihat (yang sukar difahami) dan perumpamaan-perumpamaan. Maka kerjakanlah yang halal dan jauhilah yang haram. Ikutilah yang muhkam dan percayalah pada yang mutasyabihat dan ambillah pelajaran dari perumpamaan-perumpamaannya”. Firman Allah swt :
Maksudnya : Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. al-`Ankabut ayat 43.
Yakni tiadalah yang dapat memahami hikmah disebalik setiap perumpamaan ayat-ayat al-Quran melainkan orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan mengenai Kitabullah. Pastinya setiap daripada perumpamaan itu perlu direnungi untuk di ambil pengiktibaran daripadanya. Dikatakan juga bahawa, dengan perumpamaan seseorang itu akan mendapat manfaat yang besar dan sangat-sangat berguna buat kehidupan. Tentunya orang-orang yang berilmu itu adalah orang yang benar kefahaman dan sentiasa mengikut petunjuk kebenaran.

Allah swt menyebut “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk….” , yakni Allah membuat perumpamaan buat mengambarkan dunia. Kata ulama tafsir, nyamuk tetap hidup selagi dalam keadaan lapar tetapi apabil aia telah kekenyangan maka ia pun mati. Demikian buat kaum yang lalai dengan harta benda mereka. Dengan kata lain, apabila mereka merasa puas dengan harta dunia yang melimpah itu, maka saat itulah Allah swt mengazab mereka. Sepertimana Firman Allah swt,
Maksudnya : Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekeras-kerasnya. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Al-`An`am ayat 44.

Disebutkan bahawa, ketika Allah swt membuat perumpamaan berupa nyamuk, kaum kafir memahaminya dengan pengertian tersurat tanpa memahami maksud yang tersirat, maka mereka berkata : “Apa maksud dan tujuan perumpamaan yang dikaitkan dengan nyamuk yang kecil, yang bila dipukul maka akan matilah nyamuk itu. Mengapa tidak buat perumpamaan binatang yang lebih besar dan kuat?”. Ini juga membawa maksud bahawa orang-orang kafir itu merendah-rendahkan dan meremehkan apa yang dibawa oleh Nabi saw padahal yang disampaikan dan dibacakan Nabi saw itu adalah Kitabullah saw. Dari sudut bahawa “malu” bermaksud, berasa aib, hina dan rendah kerana membuat sesuatu yg salah atau yg tidak sopan. Akan tetapi tidak mungkin Allah swt bersifat aib dan rendah dan membuat yang salah. Oleh itu ayat ini untuk panduan manusia seluruhnya.
Disebutkan dalam ayat lain yang berkaitan seperti ayat ini, firman Allah swt :
Maksudnya : Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Al-Haj ayat 74.

Dalam ayat ini disebutkan “Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan” yakni tentang apa yang disembah oleh orang-orang yang mempersekutukanNya, “maka dengarlah olehmu perumpamaan itu”, yakni perhatikanlah dan dengarkanlah baik-baik serta fahamilah dengan benar. Maksud “Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya” yakni sekalipun semua berhala yang disembah mereka itu bersatu untuk menciptakan seekor lalat nescaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Maksud “dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu”, yakni mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat pun. Bahkan lebih jelas daripada itu mereka tidak mampu mempertahankan diri lalat itu dan tidak dapat menolong dirinya sendiri seandainya lalat itu merampas sesuatu yang ada padanya. Maksud “Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah”, yakni amat lemahlah puak musyrikin yang menyembah berhala-berhala itu dan begitu juga amat lemahlah berhala-berhala yang mereka jadikan Tuhan.

Dalam hadith al-Bukhari dan Muslim, Nabi saw telah bersabda, “Allah swt telah berfirman : Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan sesuatu seperti ciptaanKu?, maka hendaklah mereka menciptakan semut kecil dan hendaklah mereka menciptakan sebiji gandum”.

Lafaz yang selanjutnya Allah swt menyebut, Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka”, sifat orang beriman sentiasa membenarkan apa yang disampaikan oleh Nabi saw, lebih-lebih lagi berupa wahyu Allah swt yakni al-Quran. Orang-orang beriman sentiasa yakin dan percaya bahawa Allah swt itu pencipta semua makhluk, sama ada yang kecil mahupun yang besar. Pastinya setiap perumpamaan yang dibuat Allah swt pasti mempunyai hikmah dan tujuan bagi meningkatkan lagi keimanan dan kepercayaan mengenai sifat kebesaran dan keagungan Allah swt.

Pada lafaz “tetapi mereka yang kafir mengatakan: Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”, yakni sikap orang-orang kafir yang memandang hina terhadap perumpamaan Allah swt dengan benda-benda kecil dan remeh. Mereka mempertikai serta mempersoalkannya, sambil berkata: Apakah yang Allah mahu dengan kiasan kepada benda-benda yang remeh ini?. Mereka adalah orang-orang yang keliru dan akhirnya mereka menjadi semakin kufur dan rugi. Mereka tidak memahami rahsia dan hikmah di sebaliknya sepertimana orang-orang beriman. Allah swt berfirman dalam surah a-Mudatsir ayat 31.
Maksudnya : Supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?.

Lafaz yang seterusnya disebutkan “dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk”, yakni dengan perumpamaan banyak orang munafiq dan orang kafir semakin bertambahnya kekufuran dan kesesatan mereka dan orang-orang mukmin semakin bertambah keimanan mereka. Kufur dan iman bukanlah satu warisan tetapi ia dari kemahuan dan pilihan bebas atas bimbingan akal. Ia rentetan penggunaan segala pancaindera, perasaan dan pemikiran manusia. Tidak mungkin Allah swt membuat suatu perumpamaan untuk mempecah-belahkan manusia.

Lafaz yang terakhir Allah swt menyebut “dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasiq”, tatkala Allah swt membuat perumpamaan, segolongan manusia menjadi sesat dan segolongan yang lain pula mendapat petunjuk, perumpamaan tersebut secara tidak langsung menjadi sebab sebahagian manusia menjadi sesat dan segolongan yang lain mendapat petunjuk. Namun disebabkan kesesatan mereka sebenar ialah sifat fasiq, yakni mereka telah memilih untuk keluar daripada petunjuk Allah swt dan enggan tunduk kepada tuntutan sunahNya (aturan dan undang-undang Allah swt). Orang fasiq juga disebutkan sebagai orang yang telah melanggar perjanjian Allah swt. Mereka digelar sebagai fasiq kerana mereka telah keluar daripada manhaj agama Allah swt, oleh kerana itulah orang-orang fasiq mudah menjadi sesat akibat tidak berpegang teguh terhadap jalanNya. Fasiq bukan semata-mata dengan perkataan akan tetapi dengan perbuatan. Perbuatan mereka menyembah berhala-berhala menjadi bukti atas perbuatan fasiq mereka. Wa Allahu `lam.

1 ulasan:

miss n berkata...

terima kasih krn berkongsi. catatan ini sgt membantu saya memahami ayat ini, alhamdulillah.

jazakillahkhairankathira