Sabtu, 17 Mei 2008

Ringkasan Tafsir Surah al-Baqorah ayat 28


كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Maksudnya :
Ayat 28 : Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali, kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan?
Penafsiran ayat 28 surah al-Baqarah.

Ayat 28 :

Dalam ayat ini Allah swt memulai dengan menyebut lafaz istifham (pertanyaan). Allah swt menyebut “kaifa” yakni “mengapa atau bagaimana”, lafaz ini dikaitkan untuk menanyakan sesuatu keadaan. Perlu diketahui bahawa Allah swt menyebut lafaz pertanyaan dalam ayat ini bukan untuk mengetahui sesuatu keadaan, akan tetapi Allah swt meminta penjelasan kepada yang di tanya mengenai tindakan dan perbuatan mereka. Mereka yang di tanya itu adalah orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab (yahudi dan nasrani) kerana Allah swt telah menyebut “Mengapa kamu kafir kepada Allah”, yakni lafaz ini menunjukkan wujudnya manusia yang mengingkari dan menolak agama Islam yang suci yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Mereka tidak menyakini tentang Nabi Muhammad saw sebagai Rasul Allah, begitu juga tidak membenarkan apa yang dibawa oleh baginda saw. Mereka telah menjadi kafir kerana tidak menyakini bahawa al-Quran itu datangnya daripada Allah swt. Oleh itu, barangsiapa yang menolak al-Quran maka ia telah menyekutukan Allah swt dan menjadi orang yang melanggar perjanjian sepertimana dalam ayat ke 27 sebelum ini.

Maksud ayat “Mengapa kamu kafir kepada Allah”, yakni bagaimanakah kamu boleh mengingkari kewujudan dan kekuasaan Allah swt?, sedangkan Dialah yang telah menciptakan kamu, bumi, langit dan seluruh alam ini. Bagaimanakah kamu boleh mencari sembahan-sembahan selain daripada Allah?, sedangkan dikalangan kamu ada seorang Rasul yang menerangkan kebenaran dan menjelaskan kitab wahyu al-Quran. Sepertimana firmanNya :
Maksudnya : Wahai ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya).
Ali Imran ayat 70.

Ayat-ayat Allah yang dimaksudkan ialah al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan puak yahudi dan nasrani telah mengingkarinya. FirmanNya lagi :

Maksudnya : Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Ali Imran ayat 101.

Lafaz yang selanjutnya Allah swt menyebut, “padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu”, yakni kata Ibnu Abbas r.huma, mati yang dimaksudkan ialah sebelum manusia dijadikan mereka hanya wujud sebagai benih-benih yang berada di dalam tulang sulbi ayah mereka, kemudian tatkala manusia diciptakan hasil persenyawaan benih-benih tadi maka wujudlah makhluk yang bernama manusia dan ini yang dimaksudkan dengan “lalu Allah menghidupkan kamu” yakni menjadi manusia. Inilah juga yang disebutkan Allah swt dalam surah al-Insan ayat 1,
Maksudnya : Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?.
Ayat ini menjelaskan mengenai keadaan manusia bahawa Dialah Tuhan yang telah menciptakan dan mengadakan manusia (yakni menghidupkan manusia) kea lam dunia ini, padahal sebelumnya manusia bukanlah merupakan sesuatu yang disebut-sebut kerana terlalu hina dan sangat lemah (wujud berupa benih dalam tulang sulbi).

Allah swt juga telah berfirman,
Maksudnya : Mereka menjawab: "Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan Kami dua kali dan telah menghidupkan Kami dua kali (pula), lalu Kami mengakui dosa-dosa kami. Al-Mukmin ayat 11.
Disebutkan oleh Ibnu Abbas r.huma, bahawasanya sebelum manusia diciptakan mereka wujud dalam keadaan tanah dan hal ini dinilai sebagai satu kematian. Kemudian Allah swt menciptakan manusia dan ini dinilai sebagai satu kehidupan. Inilah yang dimaksudkan ayat “padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu”.

Lafaz selanjutnya Allah swt menyebut, “kemudian kamu dimatikan dan dihidupkanNya kembali”, yakni setelah diciptakan manusia dan hiduplah manusia dengan jangka masa yang ditetapkan oleh Allah swt di dunia ini, maka manusia akan dimatikan. Setelah manusia dimatikan mereka akan berada di alam kubur yang dinamai sebagai alam barzakh yakni alam yang memisahkan dengan alam akhirat. Allah swt mematikan manusia dengan dicabut ruh pada jasad manusia. Maka ketika itu jasad tidak akan berfungsi dan akhirnya hancur menjadi tanah kembali sepertimana asal kejadiannya. Setelah beberapa ketika manusia di alam barzakh, maka Allah swt membangkitkan kembali mereka semuanya untuk dihitung akan amalan-amalan mereka di padang mahsyar dan inilah dinamai dengan alam akhirat. Ini juga yang dijelaskan Allah swt, “dan dihidupkanNya kembali”. Inilah juga yang difirmankan oleh Allah swt,
Maksudnya : Katakanlah: Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Al-Jasiyah ayat 26.

Selanjutnya Allah swt menyebut, “kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”, yakni Allah swt membangkitkan manusia pada hari qiyamat untuk diminta pertanggungjawapan. Ayat ini sebagai penawar dan penyejut hati orang yang beriman kerana orang beriman bakal bertemu Allah swt. Di dalam pertemuan itu juga Allah swt akan membalas dengan semua amalan kebaikan yang dilakukan dengan balasan syurga. Orang yang beriman akan merasai nikmat-nikmat syurga yang telah dijanjikan oleh Allah swt buat mereka. Tidaklah hal ini terjadi melainkan terlebih dahulu Allah swt membangkitkan dan membawa manusia untuk di hisab di padang mahsyar. Ini juga membawa maksud, kita ini datang daripada Allah swt dan hanya kepadaNya kita akan kembali sepertimana yang disebutkanNya, “kemudian kepadaNyalah kamu dikembalikan”. Manakala kaum kafir, kaum anti Tuhan dan ahli falsafah sesat merupakan kaum yang mengingkari hari kebangkitan. Kereka ini tidak mempercayai bahawa manusia diciptakan atau dihidupkan semula setelah mati. Tentunya bagi kaum yang anti Tuhan pasti mengingkari hari pertemuan manusia dengan Tuhan kerana mereka mengingkari wujudnya Tuhan. Sebenarnya mereka tidak memiliki alasan baru kerana apa yang difahami mereka adalah sama seperti apa yang pernah dikatakan oleh kaum-kaum bodoh (jahiliah) atau arab musyrikin pertama. Sepertimana firman Allah swt dalam surah Al-Jasiyah ayat 24 :
Maksudnya : Dan mereka berkata: Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan mengenai kaum anti Tuhan atau dinamakan dengan Dahriyyah dari kalangan puak kafir dan puak arab musyrikin arab yang mengingkari hari berbangkit dan pertemuan manusia dengan Allah swt. Mereka mengatakan Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja”, yakni mereka berpendapat bahawa tiada kehidupan melainkan kehidupan di dunia sahaja. Anggapan mereka bahawa ada kaum yang mati dan ada kaum yang hidup dan tidak ada hari kemudian (bangkit daripada alam barzakh) serta tidak ada hari yang dinamakan akhirat. Bahkan mereka berpendapat bahawa setiap tiga puluh enam ribu tahun segala sesuatu akan kembali seperti semula dan mereka menduga bahawa hal ini berlaku berulang-ulang tanpa batas. Mereka membesarkan akal dan hanya berhujah dengan akal semata-mata serta menolak firman-firman Allah swt melalui Rasul yang diutusNya. Oleh kerana itulah mereka mengatakan “dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa”. Ini membawa maksud bahawa mereka adalah kaum yang telah mencaci masa yang telah diciptakan Allah swt. Sepertiman sabda Nabi saw, “Puak jahiliyah telah mengatakan bahawa : “sesungguhnya yang membinasakan kita adalah malam dan siang (masa)”. Sabda Nabi saw lagi, “Allah swt telah berfirman, Anak Adam menyakitiKu, mereka telah mencaci masa, padahal Akulah yang menciptakan masa, di tangan (kekuasaanKu) urusan itu, Akulah yang menggilirkan malam dan siang harinya”. Sabdanya lagi, “Janganlah kamu mencaci masa kerana sesungguhnya Allah swt yang menciptakan masa itu”. Allah swt juga telah berfirman,
Maksudnya : Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Ar-Rum ayat 27.

Ayat ini jelas menunjukkan kebenaran hari berbangkit dan hal sangat mudah bagi Allah swt untuk menghidupkan kembali manusia di akhirat kelak.

Lafaz ayat “kamu dikembalikan”, mempunyai dua maksud. Pertama: Jika dibaca huruf ta` dengan baris hadapan (turja`un), ertinya manusia dipaksa untuk kembali kepada Allah swt tapa ada keinginan darinya dan bacaan ini dikhususkan untuk orang-orang kafir. Kedua: Jika dibaca huruf ta` dengan baris atas (tarji`un), ertinya manusia kembali dengan keinginan sendiri dan bacaan ini dikhususkan untuk orang yang beriman. Wa Allahu `alam.

Ringkasan Tafsir Surah al-Baqorah ayat 27


الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Maksudnya :
Ayat 27 : Ayat 27 : (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

Penafsiran ayat 27 surah al-Baqarah.

Ayat 27 :
Setelah Allah swt menerangkan kepada kita pengertian iman yang hakiki, kemudian ia menjelaskan kepada kita bahawasanya orang fasiq ialah orang-orang yang jauh dari manhajNya, maka pada ayat ini Allah swt menerangkan kepada kita sifat-sifat orang fasiq. Sifat-sifat mereka dalam ayat ini ayat tiga, yakni:

Pertama : “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh”.
Kedua : “dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya”.
Ketiga : “dan membuat kerusakan di muka bumi”.

Dengan sifat-sifat fasiq ini menjadikan mereka sebagai orang-orang yang rugi dalam kehidupan mereka dan akhirnya di akhirat mereka akan di azab dengan siksaan pedih di neraka. Ini membawa maksud kehidupan mereka secara hakikatnya tidak membuahkan hasil yang menguntungkan walaupun secara zahirnya mereka adalah manusia yang bersusah-payah dan berusaha untuk mendapat kejayaan dalam hidup mereka. Usaha dan kerja keras mereka tidak mendatang manfaat buat mereka di dunia dan akhirat.
Maksud ayat “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh”, yakni orang-orang fasiq telah melanggar perjanjian asal mereka dengan Allah swt. Ini telah disebutkan oleh ulama aqidah mengenai bab perjanjian Adam dan anak cucunya kepada Allah sebelum mereka Dialahirkan. Sepertimana firmanNya :

Maksudnya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)". Al-`Araf ayat 172.

Dalam ayat ini. Allah swt mengkhabarkan bahawa Dia telah mengeluarkan anak cucu Adam dari sulbi-sulbi mereka sambil mempersaksikan atas diri mereka sendiri bahawa Allah swt adalah Tuhan (Rabb) dan pemilik mereka dan bahawasanya tidak ada yang berhak di ibadahi melainkan hanya Allah swt.

Ada juga ulama tafsir yang berpendapat bahawa, perjanjian yang dimaksudkan ialah wasiat Allah swt kepada makhluknya agar mereka mentaati perintahNya dan larangan buat mereka agar jangan melakukan maksiat sepertimana yang telah termaktub di dalam kitab-kitabNya.

Begitu juga ada ulama tafsir yang berpendapat perjanjian itu ialah janji yang diambil Allah swt dari orang-orang yang telah diberi Kitab. Janji buat mereka agar jangan menyembunyikan kebenaran kerasulan Nabi Muhammad saw. Allah swt telah mengambil janji dari mereka agar tidak mengingkari Nabi saw sepertimana Allah swt juga telah mengambil janji buat para Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka. Sepertimana yang difirmankanNya :

Maksudnya : Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: "Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". Ali Imran ayat 81.

Ayat ini menjelaskan bahawa para Nabi berjanji kepada Allah s.w.t. bahawa apabila telah datang seorang Rasul bernama Muhammad mereka akan beriman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian Nabi-nabi ini mengikat pula para ummatnya. Daripada uslub bahawa dalam ayat ini, ayat ini menunjukkan sifat bagi orang kafir dan bukannya orang mukmin. Kerana seorang yang mukmin tidak akan melanggar segala perintah larangan Allah swt dan beramal soleh dalam melaksanakan segala perintah suruhanNya.

Ayat ini juga dapat dikaitkan dengan ayat 25 dalam surah ar-Rad dengan firmanNya :

Maksudnya : Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang. Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).

Ulama menafsirkan bahawa, ayat ini dikaitkan dengan semua orang kafir, orang musyrik dan orang munafiq. Janji Allah swt buat mereka adalah mengenai masalah Tauhid, masalah perintah dan laranganNya serta mengenai masalah Rasul yang wajib buat mereka beriman dan mengikutinya. Oleh itu, barangsiapa yang mengingkari dan menolak perkara tersebuat maka di akhirat kelak mereka akan dimasukkan kedalam neraka dan mendapat kutukan di atas dunia lagi.

Secara kesimpulannya, maksud ayat “(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh”, sifat orang fasiq sentiasa melanggar dan mengkhianati manhaj agama Allah swt. Oleh itu orang mukmin tidak dapat menerima dan mempercayai mereka buat selama-lamanya.

Maksud ayat “dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya”, yakni silaturahim atau hubungan manusia sesama manusia, sepertimana sabda Nabi saw, “Kamu seluruhnya adalah anak Adam dan Adam diciptakan daripada tanah”. Hadis ini menjadi panduan buat manusia bahawa, manusia mempunyai ikatan antara satu sama lain. Oleh itu Allah swt mahu manusia ini mempunyai hubungan persaudaraan agar sesama manusia dapat memperingatkan tentang kebenaran dan risalah Wahyu. Dengan wujudnya hubungan silaturahim maka manusia akan saling bantu-membantu dan memudahkan hubungan kemasyarakatan. Akan tetapi ayat ini jelas menunjukkan sifat orang fasiq yang menolak hubungan silaturahim ini diwujudkan. Mereka menolaknya dengan alasan bahawa kehidupan ini wujud mengikut aturan sendiri tanpa perlu mengikut aturan Allah swt. Ada juga ulama yang mengatakan bahawa, mereka yang mengingkari kebenaran telah memutuskan hubungan kerabat (keluarga) mereka sendiri sepertimana yang difirman Allah swt :

Maksudnya : Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?. Surah Muhammad ayat 22.

Menurut pendapat yang lain, ayat ini menjelaskan lafaz maksud secara umum yakni mencakupi semua perkara yang diperintahkan Allah swt agar menghubungkan dan mengerjakannya, akan tetapi sifat orang fasiq tetap menutuskan dan meninggalkannya. Ada juga ulama yang mengatakan bahawa, Allah swt memerintahkan agar manusia menyambung perkataan dengan amalan. Akan tetapi di kalangan manusia telah memutuskan antara keduanya dengan hanya mengatakan tetapi tidak mengamalkan apa yang mereka katakan itu.

Maksud ayat “dan membuat kerusakan di muka bumi” yakni mereka telah menyembah selain Allah swt dan melampaui batas dalam perbuatan disebabkan mereka lebih berminat menolak kebenaran menurut hawa nafsu mereka sendiri. Oleh kerana itu, barangsiapa yang membuat maksiat dan kejahatan di bumi Allah swt ini, maka ia termasuk di kalangan orang yang telah membuat kerosakkan di bumi ini. Oleh itu, kerosakkan dan keburukan yang wujud dan berlaku di bumi ini adalah disebabkan perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia sendiri, sepertimana firmanNya :

Maksudnya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia…Ar-Rum ayat 41.

Maksud ayat “Mereka itulah orang-orang yang rugi”, yakni perbuatan yang mereka lakukan adalah sia-sia, tidak mempunyai keuntungan buat mereka di dunia dan di akhirat. Ulama juga mengatakan bahawa kerugian buat mereka adalah buat selama-lamanya dan seumur hidup mereka. Pastinya orang yang rugi tidak mendapat kebahagian hidup di dunia dan di akhirat. Mereka hidup tanpa berkah dan rahmat daripada Allah swt. Di akhirat pula mereka akan dimasukkan ke dalam neraka. Ini menunjukkan orang-orang yang rugi pasti mendapat kecelakaan dan kebinasaan di akhirat. Mereka adalah golongan yang menolak dan berminat mencari agama selain dari Islam. Sepertimana firmanNya :

Maksud : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Ali Imran ayat 85.

Begitu juga barangsiapa yang taat kepada orang-orang kafir nescaya ia akan menjadi orang yang rugi. FirmanNya :

Maksudnya : Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jaDialah kamu orang-orang yang rugi. Ali Imran ayat 149.

Oleh itu, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah (dengan sebab ketaatannya) maka dia lah yang beroleh petunjuk; dan sesiapa yang disesatkan oleh Allah (dengan sebab keingkarannya) maka merekalah orang-orang yang rugi. Orang yang rugi pasti akan hilang segala-galanya, sama ada kebahagian mahupun ketenteraman diri. Wa Allahu `Alam.


Ringkasan Tafsir Surah al-Baqorah ayat 26


إِنَّ اللَّهَ لاَيَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إلاَّ الْفَاسِقِينَ
Maksudnya :
Ayat 26 : Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasiq.
Penafsiran ayat 26 surah al-Baqarah.

Ayat 26 :

Dalam ayat ini Allah swt menjelaskan bahawa Dia tidak keberatan untuk membuat perumpaan dengan seekor nyamuk dan seumpamanya, sama ada kecil atau lebih kecil lagi. Justeru itu, kehebatan sebenarnya terletak pada satu perkara iaitu keupayaan dan kuasa mencipta. Perumpamaan hanyalah ditampilkan untuk menjelaskan suatu mesej dan pengertian melalui apa yang diketahui dan disaksikan. Sabda Nabi saw : “Sesungguhnya al-Quran itu turun dengan lima aspek, iaitu yang halal, yang haram, yang muhkam (yang mudah difahami), yang mutasyabihat (yang sukar difahami) dan perumpamaan-perumpamaan. Maka kerjakanlah yang halal dan jauhilah yang haram. Ikutilah yang muhkam dan percayalah pada yang mutasyabihat dan ambillah pelajaran dari perumpamaan-perumpamaannya”. Firman Allah swt :
Maksudnya : Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. al-`Ankabut ayat 43.
Yakni tiadalah yang dapat memahami hikmah disebalik setiap perumpamaan ayat-ayat al-Quran melainkan orang-orang yang mendalami ilmu pengetahuan mengenai Kitabullah. Pastinya setiap daripada perumpamaan itu perlu direnungi untuk di ambil pengiktibaran daripadanya. Dikatakan juga bahawa, dengan perumpamaan seseorang itu akan mendapat manfaat yang besar dan sangat-sangat berguna buat kehidupan. Tentunya orang-orang yang berilmu itu adalah orang yang benar kefahaman dan sentiasa mengikut petunjuk kebenaran.

Allah swt menyebut “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk….” , yakni Allah membuat perumpamaan buat mengambarkan dunia. Kata ulama tafsir, nyamuk tetap hidup selagi dalam keadaan lapar tetapi apabil aia telah kekenyangan maka ia pun mati. Demikian buat kaum yang lalai dengan harta benda mereka. Dengan kata lain, apabila mereka merasa puas dengan harta dunia yang melimpah itu, maka saat itulah Allah swt mengazab mereka. Sepertimana Firman Allah swt,
Maksudnya : Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekeras-kerasnya. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Al-`An`am ayat 44.

Disebutkan bahawa, ketika Allah swt membuat perumpamaan berupa nyamuk, kaum kafir memahaminya dengan pengertian tersurat tanpa memahami maksud yang tersirat, maka mereka berkata : “Apa maksud dan tujuan perumpamaan yang dikaitkan dengan nyamuk yang kecil, yang bila dipukul maka akan matilah nyamuk itu. Mengapa tidak buat perumpamaan binatang yang lebih besar dan kuat?”. Ini juga membawa maksud bahawa orang-orang kafir itu merendah-rendahkan dan meremehkan apa yang dibawa oleh Nabi saw padahal yang disampaikan dan dibacakan Nabi saw itu adalah Kitabullah saw. Dari sudut bahawa “malu” bermaksud, berasa aib, hina dan rendah kerana membuat sesuatu yg salah atau yg tidak sopan. Akan tetapi tidak mungkin Allah swt bersifat aib dan rendah dan membuat yang salah. Oleh itu ayat ini untuk panduan manusia seluruhnya.
Disebutkan dalam ayat lain yang berkaitan seperti ayat ini, firman Allah swt :
Maksudnya : Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Al-Haj ayat 74.

Dalam ayat ini disebutkan “Wahai manusia, telah dibuat perumpamaan” yakni tentang apa yang disembah oleh orang-orang yang mempersekutukanNya, “maka dengarlah olehmu perumpamaan itu”, yakni perhatikanlah dan dengarkanlah baik-baik serta fahamilah dengan benar. Maksud “Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya” yakni sekalipun semua berhala yang disembah mereka itu bersatu untuk menciptakan seekor lalat nescaya mereka tidak akan mampu melakukannya. Maksud “dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu”, yakni mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat pun. Bahkan lebih jelas daripada itu mereka tidak mampu mempertahankan diri lalat itu dan tidak dapat menolong dirinya sendiri seandainya lalat itu merampas sesuatu yang ada padanya. Maksud “Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah”, yakni amat lemahlah puak musyrikin yang menyembah berhala-berhala itu dan begitu juga amat lemahlah berhala-berhala yang mereka jadikan Tuhan.

Dalam hadith al-Bukhari dan Muslim, Nabi saw telah bersabda, “Allah swt telah berfirman : Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan sesuatu seperti ciptaanKu?, maka hendaklah mereka menciptakan semut kecil dan hendaklah mereka menciptakan sebiji gandum”.

Lafaz yang selanjutnya Allah swt menyebut, Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka”, sifat orang beriman sentiasa membenarkan apa yang disampaikan oleh Nabi saw, lebih-lebih lagi berupa wahyu Allah swt yakni al-Quran. Orang-orang beriman sentiasa yakin dan percaya bahawa Allah swt itu pencipta semua makhluk, sama ada yang kecil mahupun yang besar. Pastinya setiap perumpamaan yang dibuat Allah swt pasti mempunyai hikmah dan tujuan bagi meningkatkan lagi keimanan dan kepercayaan mengenai sifat kebesaran dan keagungan Allah swt.

Pada lafaz “tetapi mereka yang kafir mengatakan: Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”, yakni sikap orang-orang kafir yang memandang hina terhadap perumpamaan Allah swt dengan benda-benda kecil dan remeh. Mereka mempertikai serta mempersoalkannya, sambil berkata: Apakah yang Allah mahu dengan kiasan kepada benda-benda yang remeh ini?. Mereka adalah orang-orang yang keliru dan akhirnya mereka menjadi semakin kufur dan rugi. Mereka tidak memahami rahsia dan hikmah di sebaliknya sepertimana orang-orang beriman. Allah swt berfirman dalam surah a-Mudatsir ayat 31.
Maksudnya : Supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?.

Lafaz yang seterusnya disebutkan “dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk”, yakni dengan perumpamaan banyak orang munafiq dan orang kafir semakin bertambahnya kekufuran dan kesesatan mereka dan orang-orang mukmin semakin bertambah keimanan mereka. Kufur dan iman bukanlah satu warisan tetapi ia dari kemahuan dan pilihan bebas atas bimbingan akal. Ia rentetan penggunaan segala pancaindera, perasaan dan pemikiran manusia. Tidak mungkin Allah swt membuat suatu perumpamaan untuk mempecah-belahkan manusia.

Lafaz yang terakhir Allah swt menyebut “dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasiq”, tatkala Allah swt membuat perumpamaan, segolongan manusia menjadi sesat dan segolongan yang lain pula mendapat petunjuk, perumpamaan tersebut secara tidak langsung menjadi sebab sebahagian manusia menjadi sesat dan segolongan yang lain mendapat petunjuk. Namun disebabkan kesesatan mereka sebenar ialah sifat fasiq, yakni mereka telah memilih untuk keluar daripada petunjuk Allah swt dan enggan tunduk kepada tuntutan sunahNya (aturan dan undang-undang Allah swt). Orang fasiq juga disebutkan sebagai orang yang telah melanggar perjanjian Allah swt. Mereka digelar sebagai fasiq kerana mereka telah keluar daripada manhaj agama Allah swt, oleh kerana itulah orang-orang fasiq mudah menjadi sesat akibat tidak berpegang teguh terhadap jalanNya. Fasiq bukan semata-mata dengan perkataan akan tetapi dengan perbuatan. Perbuatan mereka menyembah berhala-berhala menjadi bukti atas perbuatan fasiq mereka. Wa Allahu `lam.